Karyanya jadi Langganan Jokowi, Pendiri Never Too Lavish Curhat Pernah Diremehkan

Karyanya jadi Langganan Jokowi, Pendiri Never Too Lavish Curhat Pernah Diremehkan

Warga telah tidak asing lagi dengan performa Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sering kenakan produk anak negeri. Diantaranya jaket bergambar Kepulauan Indonesia yang pernah trending sekian tahun lampau.

Jaket itu adalah garapan Never Too Lavish (NTL), satu studio seni yang menekuni layanan modifikasi design. Dari mulai jaket, sepatu, bakan kendaraan.

Sukses jadi berlangganan Jokowi, Founder sekaligus juga Lead Artist Nevertoolavish, Bernhard Suryaningrat atau dekat dipanggil Abeng memaparkan perjalanan panjang yang ditempuhnya sampai hingga di titik saat ini. Dimana dia pernah terima nyinyiran atas hoby yang membawanya sukses ini hari.

“Dahulu beberapa orang yang melihat mata sebelah, katakan grafiti apa sich. Lu ngapain cari uang disini, ini tidak akan ada duitnya, begitu. Jadi saat ini ya paling tidak gue dapat menunjukkan ke kawan-kawan gue yang dahulunya berpikir semacam itu. Saat ini malah banyak mereka pada akhirnya ingin kerja sama gue, serta gue tetep terima mereka,” kata Abeng dalam acara Mandiri Karnaval 2020.

Dia menjelaskan, pembuktian itu jadi salah satunya perolehannya kecuali jadi berlangganan Jokowi. Dalam acara Talkshow “from Indonesia To The World” Mandiri Karnaval 2020, Abeng akui Jokowi sudah pesan seputar 10 karya dari NTL.

“Jika tidak salah ada sudah 10 karya yang sudah dipesan sama Pak Jokowi, jadi pada akhirnya sampai berasa diri di berlangganan, tidak terasa,” katanya.

“Terus sama rekan-rekan main yang dahulu ya kita tidak jelas semua jenis, saat ini kita dapat gabung bersama, kerja bersama, dapat memikir kreatif barang untuk membuat ini bersama-sama. Itu perolehan,” sambung ia.

Sedikit nostalgia di acara Mandiri Karnaval 2020, Abeng mengingat waktu dahulu harga sepatu custom yang dia hasilkan dibandrol dengan harga Rp 300 beberapa ribu. Dimana peminatan sedikit sebab dipandang masih mahal. Tetapi seiring waktu berjalan, Abeng sekarang sukses tawarkan karya dari studionya yang dibandrol sampai belasan juta.
Epidemi Covid-19 bawa efek besar tidak cuma dari bagian kesehatan. Tetapi dari bagian ekonomi serta sosial. Dimana dalam sehari-harinya warga sekarang ini, berlangsung trend pemakaian sarana berbasiskan digital untuk pilihan atas pemberlakuan limitasi sosial.

Pemerintah terus menggiatkan digitalisasi pada aktor usaha konservatif. Ini ditujukan supaya keberlangsungan usaha nantinya dapat penuhi trend pasar yang ke arah pada digital.

Menyongsong hari jadi ke-22, Bank Mandiri mengadakan acara Mandiri Karnaval 2020 yang diadakan ini hari dengan cara daring lewat Video. Dalam serangkaian acaranya, Mandiri mendatangkan Founder Brodo Footwear, Muhammad Yukka Harlanda.

Hadapi keadaan sekarang ini, Yuka akui ada beberapa pekerjaan yang sangat terpaksa dipending sebab epidemi masih berjalan. Tetapi di lain sisi, dia mengaku ada efektivitas dari pendayagunaan komunikasi berbasiskan daring. Contohnya, dia mengatakan proses kesepakatan produksi dari vendor bertambah lebih pendek dari umumnya.

“Kita sadar hubungan dengan cara fisik itu rupanya saat ini tidak dapat. Sebab kita produksi sepatu dengan cara langsung, kita pengaturan sama vendor. Kita itu dahulu, jika ingin approve sample itu panjang sekali. Saat ini melalui photo serta video saja sudah cukup,” kata Yukka dalam serangkaian acara Mandiri Karnaval 2020, Sabtu (3/10/2020).

Dalam peluang yang serupa, ada juga Founder sekaligus juga Lead Artist Nevertoolavish, Bernhard Suryaningrat atau dekat dipanggil Abeng. Tidak jauh tidak sama, Abeng alami hal sama. Dimana umumnya customer tiba ke studio untuk mengecek bahan, sekarang dapat diterangkan lewat daring dengan detil yang malah di rasa bertambah detil.
“Sebab kan (umumnya) konsumen ada yang dateng melihat bahan , jika ingin bongkar-bongkar sepatu. Saat ini jadi gunakan WhatsApp saja sich bercakap, kita kirim (detilnya). Bertambah detil ini,” katanya.
Walau pekerjaan usaha disebutkan tengah tersuruk, ke-2 pebisnis milenial pilih untuk lakukan rekonsilasi taktik. Kedua-duanya akui mujur sebab usaha yang mereka tekuni sekarang ini berawal dari marketing digital. Hingga dengan situasi sekarang ini, mereka cukup dapat sesuaikan.
“Harus mengucapkan syukur, sebab memang kita starting-nya digital. Jadi di saat semacam ini juga kita masih dapat cari mencari kesempatan itu,” kata Yuka.
Author Image
Chloe Curtis