Transmart dan Hypermart Bersaing Rebut Konsumen Lewat E-commerce

Transmart dan Hypermart Bersaing Rebut Konsumen Lewat E-commerce

 

Peretail supermarket, Transmart Carrefour serta Hypermart terus berstrategi menggerakkan pemasaran ditengah-tengah epidemi corona. Kecuali lewat gerai fisik, perusahaan menguatkan omni-channel lewat basis e-commerce, sosial media serta aplikasi pesan.

Vice President Corporate Communications PT. Trans Retail Indonesia, Satria Hamid menjelaskan epidemi corona mengubah perkembangan sikap customer dalam belanja.

Perusahaan retail punya konglomerasi CT Corp ini sudah membuat aplikasi namanya Transmart Delivery yang sangat mungkin konsumen belanja keperluan sehari-hari dari rumah.

“Aplikasi ini telah dibikin semenjak awal epidemi mewabah di Indonesia. Dapat didownload serta dipakai warga baik dengan handphone android atau iPhone,” katanya ke katadata.co.id, Selasa (22/9).

Dengan aplikasi ini, customer bisa pilih di gerai mana dia ingin belanja atau gerai paling dekat dari tempat rumah. Selanjutnya, customer pilih produk apa yang akan dibeli, baik berbentuk produk pangan atau non-pangan.

Menurut dia, harga sama jual yang tercantum di aplikasi pada harga yang di toko , termasuk juga promo yang berlaku di toko.

Selesai belanja, produk belanjaan dikemas serta dikirim ke alamat customer. Pembayaran dilaksanakan waktu staf Transmart telah tiba di dalam rumah konsumen setia dengan cara kontan, debet, atau credit.

Untuk mencapai semakin banyak customer belanja, Transmart bekerja bersama dengan beberapa e-commerce. Untuk pembelian produk keperluan harian variasi food serta produk fresh bisa dilaksanakan lewat Bahagia Fresh, produk- pendukung pola hidup maupun home decor dengan merek Okidoki serta Trans Living dapat dibeli ke Shopee.

Disamping itu, untuk beberapa keperluan harian kelompok pangan serta non-pangan dan perkakas rumah tangga (produk harware) dapat diperoleh lewat aplikasi Lazada.

Tidak itu saja, ada epidemi jadikan perusahaan bertambah meningkatkan startegi digital pemasaran. “Dengan cara teratur, kami lakukan engagement ke konsumen setia lewat account sah media sosial mengenai promosi di Instagram,m Facebook sampai kanal Youtube,” tuturnya.

Akan tetapi, ia malas menyebutkan sasaran andil pelanggam atau jumah pemasaran yang sukses di bisa dari online.

Kompetitor Transmart di usaha retail supermarket, PT Matahari Putra Sempurna Tbk (MPPA) lakukan hal sama. Pemilik gerai Hypermart, Foodmart serta Primo mulai bekerjasama dengan e-commerce untuk menggandeng semakin banyak konsumen setia.

Head of Public Relation MPPA, Fernando Repi menjelaskan, perkembangan sikap customer di waktu epidemi harus selekasnya diiringi perusahaan. Sikap customer yang bertambah suka di dalam rumah serta malas pergi ke gerai juga diakali dengan beberapa langkah.

Diantaranya dengan menguatkan taktik omni-channel, pendekatan marketing yang memadukan banyak kanal untuk memberi pengalaman konsumen setia dengan cara efisien.

Ia menjelaskan, awalnya omni kanal Hypermart dilaksanakan lewat service aplikasi Chat& Shop lewat Whatsapp. Dengan kerjasama bersama-sama Shoppe, perusahaan retail punya Lippo Grup ini bisa tempatkan toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo serta Hyfresh untuk memberi semakin banyak akses ke konsumen setia.

“Ada seputar 23 gerai di Jabodetabek siap memberikan dukungan kerja sama ini. Ke depan, perusahaan akan meningkatkan semakin banyak gerai dengan cara nasional ke basis Shoppe,” kata Fernando ke katadadata.co.id.

Walau andil basis digital pada keseluruhan pemasaran sekarang ini masih kecil atau 12%, tetapi trend berlangsung kenaikan. Menurut dia, pada 2019-2020, trend pemasaran lewat basis digital tumbuh 8%-9%.

Ke depan, trend ini diprediksikan makin bertambah, ditambah di waktu epidemi. Bersamaan perkembangan ini, perusahaan akan mengubah taktik berbelanja modal (capital expanditure/capex) ke berbelanja tehnologi, promo serta iklan daripada meningkatkan gerai. Walau demikian, ia malas menguraikan besaran investasi yang disebut.

Pemerhati marketing serta usaha dari Kampus Prastiya Mulya, Agus Soehadi menjelaskan kerjasama bukan hal baru dalam usaha. Ide ini banyak dipakai, sebelum epidemi Covid-19.

Tetapi, ia memandang kerjasama merupaakan taktik usaha yang tidak terhindar sekarang ini. Serta trend usaha ke depan akan ke arah taktik ini.

“Kerjasama serta antar kompetitor pada suatu ekosistem bisa saja ke depan, serta menjadi trend usaha untuk usaha penuhi consumen permintaan,” katanya ke katadata.co.id.

Meskipun begitu, untuk menjalankannya menurut dia tidak gampang. Karena, terdapat beberapa skema yang dibuat seperti rantai pasok (suplay chain).

Author Image
Chloe Curtis