PSBB Jilid II Tambah Kerugian Bioskop hingga Triliunan Rupiah

PSBB Jilid II Tambah Kerugian Bioskop hingga Triliunan Rupiah

 

Implikasi Limitasi Sosial Bertaraf Besar (PSBB) Jilid II akan meningkatkan rugi pebisnis pemutaran film atau bioskop. Ketua Kombinasi Pebisnis Bioskop Semua Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin menjelaskan, kekuatan penghasilan bioskop yang hilang capai beberapa puluh triliun semenjak awal epidemi Covid-19.

“Kerugiannya beberapa puluh triliun sebab tersangkut dampak lainnya, ada UMKM serta kuliner di seputar bioskop,” kata Djonny waktu dikontak Katadata.co.id, Kamis (17/9).

Djonny menjelaskan pebisnis bioskop berdiri sendiri mempunyai ketahanan yang terbatas dibanding bioskop jaringan seperti XXI, CGV, sampai Cinepolis. Djonny tidak bisa memprediksi berapa besar ketahanan bioskop berdiri sendiri itu.

Sekarang ini beberapa pebisnis berusaha untuk menjaga keuangannya dengan meningkatkan credit. Usaha ini dibutuhkan untuk jalankan pekerjaan operasional dengan cara teratur, seperti kebersihan serta perawatan bioskop.

Beberapa pebisnis peluang mem-PHK jika tidak ada cara efektivitas yang lain. “Sebab kami tidak dapat melakukan perbuatan apa-apa,” tutur ia.

Beberapa pebisnis mengharap, bioskop bisa kembali lagi bekerja seperti sebelum PSBB Jilid II. Pada saat PSBB peralihan, gagasannya bioskop ajab dibuka kembali ke awal September. Tetapi gagasan ini dibatalkan sesudah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menarik rem genting menetapkan PSBB. Ahli pandemiologi menampik gagasan pembukaan bioskop.

Mengenai Public Relations PT Graha Monitor Sempurna Tbk. (CGV Cinemas) Hariman Chalid menjelaskan, perusahaan tutup sesaat operasional sampai waktu yang belum dipastikan.

Efeknya, penghasilan perseroan beberapa triwulan II 2020 turun 75% dibanding tahun kemarin pada periode yang serupa. “Angka ini masih dinamis sebab penutupan bioskop masih tetap berjalan,” tutur ia waktu dikontak.

CGV berusaha menjaga keberlangsungan usaha ditengah-tengah situasi Epidemi Covid-19, salah satunya dengan mengatur berbelanja modal atau capital expenditure (capex). Selanjutnya, perseroan ikut tunda pembangunan infrastruktur bioskop baru, kurangi beberapa biaya sewa lewat negosiasi dengan pemilik-pemilik tempat, serta rileksasi pembayaran pajak.

Perusahaan masih tetap bekerjasama dengan industri film dalam menyiapkan film-film lokal yang penyiarannya menanti pemulihan epidemi Covid-19.

Perusahaan aktifkan pekerjaan digital pemasaran di semua basis daring serta service sosial media CGV. Selanjutnya, pengembangan dengan berubah ke virtual serta mengoptimalkan content-content kreatif di digital basis CGV. Disamping itu, membuat layanan content video atau iklan untuk faksi external.

Awalnya, berdasar neraca keuangan semester I 2020, pengelola bioskop CGV mencatatkan kerugian bersih Rp 185,46 miliar, kebalikannya dari tempat keuntungan bersih Rp 41,1 miliar pada semester I 2019.

Demikian pula, perusahaan pembikin film yaitu PT MD Pictures Tbk (FILM) alami kerugian pada semester I 2020 sampai Rp 33,62 miliar. Walau sebenarnya, pada periode sama tahun kemarin, perusahaan dapat mencatatkan keuntungan bersih sejumlah Rp 21,09 miliar.

Meruginya rumah produksi itu searah dengan pemasaran yang cuma Rp 56,79 miliar selama semester I 2020. Pemasaran turun sampai 49,24% dibanding dengan periode enam bulan pertama tahun kemarin.

Pengurangan pemasaran itu sebab pemasaran film layar-lebar pada semester I 2020 turun sampai 62,35%. Pemasaran film dengan cara digital turun juga relevan sampai 54,53% dibanding dengan semester I 2019.

Author Image
Chloe Curtis