Misi Ganda Pizza Hut “Turun ke Jalan” saat Pandemi Corona

Misi Ganda Pizza Hut “Turun ke Jalan” saat Pandemi Corona

 

Epidemi Covid-19 serta limitasi sosial bertaraf besar (PSBB) memukul pebisnis restoran. Beberapa langkah dilaksanakan perusahaan untuk menggerakkan pemasaran, termasuk juga dengan taktik jemput bola membuat booth tepi jalan sama seperti yang dilaksanakan Pizza Hut.

Manajemen PT Sarimelati Kencana Tbk, pemegang hak waralaba Pizza Hut dalam penjelasannya menjelaskan, epidemi Covid-19 sudah mengakibatkan operasional perusahaan terbatas. Tidak cuma jam operasional gerai restoran, kemampuan tempat duduk makan dalam tempat (dine-in) di gerai perseroan juga dibatasi.

Dengan limitasi pekerjaan operasional sekarang ini, perseroan memprediksi keseluruhan penghasilannya turun kurang dari 25%. Sedang untuk keuntungan bersih diprediksikan turun lebih dari 75%.

Walau pemasaran turun, manajemen menjelaskan sampai sekarang belum lakukan penghentian hubungan kerja (PHK), pemangkasan upah atau merumahkan karyawan.

“Kami cuma mengendalikan rekonsilasi pada agenda shift kerja, terutamanya untuk karyawan outlet restoran,” tutur Sekertaris Perusahaan Sarimelati Kencana, Kurniadi Sulistyomo dalam info tercatat ke Bursa Dampak Indonesia (BEI) diambil Senin (21/9).

Perusahaan mengatakan akan lakukan beberapa taktik marketing serta promo untuk menjaga pemasaran produk di outlet. Taktik ini termasuk juga memercayakan service pesan antar atau promo di tepi jalan.

Awalnya, perusahaan mengatakan akan meminimalkan efek dengan layani pemasaran take away serta delivery services. Taktik ini dilaksanakan, baik lewat armada sendiri, atau kerja sama juga dengan Gojek serta Grab.

Disamping itu, konsumen setia dapat pesan serta bayar lewat aplikasi Pizza Hut, hingga langsung dapat ambil di outlet tak perlu menanti. Selanjutnya, Pizza Hut buka outlet kecil di sejumlah batas jalan.

Tidak cuma untuk meningkatkan pemasaran, taktik ini diambil supaya beberapa karyawan dari gerai yang ditutup masih dapat kerja.

Tetapi, manajemen malas menerangkan selanjutnya tentang taktik marketing Pizza Hut di waktu PSBB sekarang ini. “Maaf, tidak ada komentar hanya karena melanjutkan taktik awalnya,” kata Direktur Operasional Sarimelati Kencana, Jeo Sasanto ke katadata.co.id.

Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel serta Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran menjelaskan, baik pebisnis restoran atau hotel akan lakukan beberapa langkah supaya bisa bertahan di waktu epidemi.

Limitasi sosial bertaraf besar (PSBB) jilid II sekarang ini juga dipandang bertambah berat dibandingkan era sebelumnya. Masalahnya ketahanan atau cash flow perusahaan yang semakin tipis.

Walau sebenarnya, pada saat PSBB peralihan, lawatan warga ke restoran untuk makan dalam tempat pernah bertambah. Data itu tergambar dalam databoks berikut:

Tetapi, pada saat PSBB ke-2 ini operasional restoran kembali lagi dibatasi serta tidak dapat lagi layani makan dalam tempat. Di lain sisi, tidak semua hotel atau restoran dapat mentransformasi bisnisnya ke kanal online. Ditambah restoran, yang dalam bisnisnya benar-benar tergantung pada pergerakkan orang.

Untuk contoh, pebisnis restoran di mal yang memercayakan konsumen dari karyawan yang bertandang di saat sarapan, makan siang atau pengunjung mal.

Sekarang dengan PSBB ke-2, dimana restoran tidak dapat layani makan dalam tempat serta banyak karyawan kerja di dalam rumah (work from home), omzet pebisnis juga menyusut.

Akhirnya, berbagai taktik marketing juga dilaksanakan termasuk juga jual produknya di jalan. “Usaha pemasaran itu tentu ada, walau hasilnya tidak optimal,” katanya ke katadata.co.id.

Pemerhati usaha serta marketing dari Kampus Prasetiya Mulya, Agus Soehadi memiliki pendapat seirama. Menurut dia, usaha yang dilaksanakan Pizza Hut atau perusahaan restoran lain, adalah taktik bertahan yang harus harus dilaksanakan di waktu epidemi corona.

Epidemi yang mengganti sikap customer batasi pergerakkan ini yang coba direspons perusahaan. Biasanya mereka bereksperimen lewat beberapa langkah marketing untuk tingkatkan pemasaran.

Taktik itu diantaranya dengan mengombinasian produk, tempat, promo serta harga supaya produknya dapat dicapai customer.

Walau begitu, hasilnya kemungkinan tidak begitu relevan atau cuma cukup untuk tutup ongkos operasional.

“Pointnya bagaimana mereka memberi pilihan ke customer serta produk mereka dapat diperoleh lewat online, atau di tepi jalan” kata Agus ke Katadata.co.id.

Author Image
Chloe Curtis